Dhenok, begitulah orang menyapanya. Nama
aslinya adalah Sicilia Sawitri. Lahir di Yogyakarta, 20 Januari tahun 1957. Hidupnya
yang berpindah-pindah karena Ayahnya seorang tentara, sempat membuat sekolahnya
terhambat. Sebab, ketika ia dan keluarga harus hijrah ke Jakarta dari
Kaliurang, ia mengulang masa SD karena pendidikan di Kaliurang sangat berbeda
dengan pendidikan di Jakarta. Namun, hal itu tak membuatnya patah semangat. Nilainya
semasa SD selalu bagus. Akan tetapi, ketika dirinya duduk di kelas empat SD, ia
harus kehilangan orang yang menjadi panutan selama ini. Orang yang menjadi
pemimpin dari Ibu, Kakak, Adik, dan dirinya sendiri. Ya, ia kehilangan Ayahnya.
Kehilangan seorang Ayah bukan berarti
hidupnya harus berhenti. Ketika dirinya masuk ke SMP, hidupnya harus diuji
dengan pandangan remeh teman-temannya. Namun, hal itu tak membuatnya takut. Baginya,
hidup adalah miliknya sedangkan orang lain hanyalah komentator.
Sikap remeh
yang ditunjukkan teman-temannya menjadi pemantik semangatnya. Nilainya yang
selalu bagus menjadi bukti kepada teman-temannya.
Selulusnya dari SMP, Dhenok memutuskan
untuk melanjutkan sekolah ke sekolah kejuruan. Berbekal izin dari Ibunya,
Dhenok pun berangkat ke kota kelahirannya, Yogyakarta. Dengan keteguhan dan
kegigihannya, Dhenok pun lulus. Setelah lulus dari sekolah kejuruan, Dhenok
kembali ke Jakarta. Berbekal kemampuan yang ia peroleh semasa sekolah dulu, ia
pun menerima jahitan. Selain itu, ia sempat bekerja di Hotel Indonesia dan
sempat juga bekerja sebagai sekretaris. Pelbagai macam pekerjaan ia lakukan untuk
membantu Ibunya. Ibunya yang tak tega pendidikannya terhenti karena ia gunakan
untuk bekerja, menyuruhnya untuk melanjutkan pendidikannya. Dhenok
menyetujuinya, ia melanjutkan pendidikannya ke Universitas Negeri Jakarta. Ia
mengambil jurusan yang sesuai dengan kemampuannya, yaitu Jurusan Tata Busana.
Satu per satu impiannya tercapai, ia
sempat menjadi dosen di Universitas Negeri Yogyakarta. Kemudian melanjutkan pendidikan strata dua di UNJ. Saat ini Dhenok atau Ibu Sicilia Sawitri bekerja sebagai
dosen di Universitas Negeri Semarang. Kehilangan seorang Ayah dan hidup
sederhana bukanlah halangan untuk menjadi sukses.
yeyeyeye, semangat rani :)
BalasHapusTampilan simpel namun menarik, tinggal ditambah gadget akan membuat lebih menarik :D
BalasHapuskeren., langsung to the point, gak basa-basi dengan animasi-animasi tak jelas., (Y)
BalasHapuskomentarnya tidak kelihatan jika Jenengan masih memakai template ini
BalasHapus