Minggu, 07 Desember 2014

Ulasan Milana ‘Perempuan yang Menunggu Senja’

Milana ‘Perempuan yang Menunggu Senja’
Oleh: Bernard Batubara

Saya akan mengulas tentang kumpulan cerpen yang berjudul Milana. Pertama, saya akan mengulas tentang asal usul penulis kumpulan cerpen Milana. Kumpulan cerpen ini ditulis oleh Bernard Batubara. Ia lahir di Pontianak, 9 Juli 1986. Ia merupakan seorang lulusan teknik yang menyenangi seni. Bara, sapaan akrabnya, sudah menulis sejak pertengahan tahun 2007. Karyanya yang lain seperti cerpen dan puisinya dimuat di majalah seni, harian lokal dan nasional, serta antologi bersama. Milana adalah buku keempatnya, sekaligus kumpulan cerpen tunggal pertamanya. Kedua, saya akan mengulas tentang tahun terbit, penerbit, editor, dan ilustrator. Kumpulan cerpen ini diterbitkan pada bulan April tahun 2013. Kemudian cetakan kedua pada bulan Mei pada tahun yang sama. Kumpulan cerpen ini diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama. Editor yang membantu Bara dalam penyusunan kumpulan cerpen ini adalah Siska Yuanita.
Ilustrasi pada sampul kumpulan cerpen ini sangat menarik. Warna jingga dengan siluet hitam yang menampilkan pemandangan membuat pembaca tertarik untuk membacanya. Selain ilustrasi sampul, setiap judul cerpen memiliki ilustrasi gambar yang menarik pula. Ilustrasi tersebut dibuat oleh Lala Bohang. Ketiga, saya akan mengulas isi dalam kumpulan cerpen ini. Kumpulan cerpen yang berjudul Milana berisikan 15 cerpen atau cerita pendek. Cerpen dengan judul Milana terletak pada akhir kumpulan cerpen tersebut. Selain Milana ada 14 judul cerpen dalam kumpulan cerpen ini, yaitu: Lukisan Kali dan Pohon Tua; Beberapa Adegan yang Tersembunyi di Pagi Hari; Lelaki Berpayung dan Gadis yang Mencintai Hujan; Goa Maria; Tikungan; Jung; Pintu yang Tak Terkunci; Cermin; Malaikat; Surat untuk Fa; Hanya Empat Putaran; Semalan Bersama Diana Krall; The Beautiful Stranger; Semangkuk Bubur Cikini dan Sepiring Red Velvet; dan yang terkhir adalah Milana. Saya akan meresum cerpen berjudul Hanya Empat Putaran dan cerpen berjudul Milana. Cerpen berjudul Hanya Empat Putaran mengisahkan tentang seorang laki-laki yang tidak dapat lari mengelilingi buolevard kampus melebihi empat putaran dan seorang perempuan yang dapat lari melebihi empat putaran untuk melupakan masa lalunya. Namun, perempuan itu disadarkan dengan tidak butuh lebih dari empat putaran untuk melupakan masa lalunya. Cerpen berujudul Milana mengisahkan tentang seorang pria yang bertemu seorang wanita. Wanita tersebut terlihat sedang menanti sesuatu. Wanita itu bernama Milana. Milana itu selalu melukis senja. Dan ia selalu melakukannya di atas feri yang menyebrangi Selat Bali, dari Banyuwangi ke Jembrana. Milana sedang menunggu kekasihnya, ia yakin bahwa kekasihnya akan datang kepadanya. Belakangan Pria itu tahu bahwa kekasih yang dinanti Milana telah tiada. Namun, Milana tidak ingin mempercayai kebenaran yang ada. Semenjak saat itu Pria tersebut tidak dapat menemukan kehadiran Milana yang sedang melukis senja. Bergantilah posisi sang pria dengan Milana. Saat ini ialah yang sedang menanti kehadiran Milana. Pilihan kata dan bahasa yang tepat dapat membawa pembaca merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh yang ada di dalam cerita. Seperti kisah tokoh daun dalam judul ‘Beberapa adegan yang Tersembunyi di Pagi Hari’, tokoh daun yang patah hati karena cintanya ditolak oleh matahari yang kemudian mendapati setitik embun yang menempel di tubuhnya dan sang daun tak ingin melepaskan sang embun. Pembaca dapat merasakan kesedihan yang dialami sang daun yang patah hati karena ditolak oleh matahari dan kesedihannya karena hanya mampu menghabiskan waktu sejenak dengan sang embun. Dengan pemilihan kata yang tepat dalam penggambaran latar baik tempat maupun waktu mampu membawa pembaca seperti berada di tempat tokoh dalam cerita. Seperti latar waktu dan latar tempat dalam judul ‘Milana’, latar waktu ketika senja dan latar tempat berupa sebuah kapal yang menyebrangi Selat Bali, dari Banyuwangi ke Jembrana. Pembaca akan merasa berada di atas kapal dan mampu melihat senja yang indah dari atas kapal. Namun, ada beberapa cerita yang harus kita pahami lebih mendalam. Hal ini disebabkan oleh pemilihan kata yang terlalu berat sehingga pembaca harus berpikir terlebih dahulu. Selain itu latar dan alur yang kurang jelas pun membuat pembaca menjadi bingung dan akan paham jika dibaca berulang kali terlebih dahulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar