Milana ‘Perempuan yang Menunggu
Senja’
Oleh: Bernard Batubara
Saya akan mengulas tentang kumpulan
cerpen yang berjudul Milana. Pertama, saya akan mengulas tentang asal usul
penulis kumpulan cerpen Milana. Kumpulan cerpen ini ditulis oleh Bernard
Batubara. Ia lahir di Pontianak, 9 Juli 1986. Ia merupakan seorang lulusan
teknik yang menyenangi seni. Bara, sapaan akrabnya, sudah menulis sejak
pertengahan tahun 2007. Karyanya yang lain seperti cerpen dan puisinya dimuat
di majalah seni, harian lokal dan nasional, serta antologi bersama. Milana
adalah buku keempatnya, sekaligus kumpulan cerpen tunggal pertamanya. Kedua,
saya akan mengulas tentang tahun terbit, penerbit, editor, dan ilustrator. Kumpulan
cerpen ini diterbitkan pada bulan April tahun 2013. Kemudian cetakan kedua pada
bulan Mei pada tahun yang sama. Kumpulan cerpen ini diterbitkan oleh PT
Gramedia Pustaka Utama. Editor yang membantu Bara dalam penyusunan kumpulan
cerpen ini adalah Siska Yuanita.
Ilustrasi pada sampul kumpulan cerpen ini
sangat menarik. Warna jingga dengan siluet hitam yang menampilkan pemandangan
membuat pembaca tertarik untuk membacanya. Selain ilustrasi sampul, setiap
judul cerpen memiliki ilustrasi gambar yang menarik pula. Ilustrasi tersebut
dibuat oleh Lala Bohang. Ketiga, saya akan mengulas isi dalam kumpulan cerpen
ini. Kumpulan cerpen yang berjudul Milana berisikan 15 cerpen atau cerita
pendek. Cerpen dengan judul Milana terletak pada akhir kumpulan cerpen
tersebut. Selain Milana ada 14 judul cerpen dalam kumpulan cerpen ini, yaitu:
Lukisan Kali dan Pohon Tua; Beberapa Adegan yang Tersembunyi di Pagi Hari;
Lelaki Berpayung dan Gadis yang Mencintai Hujan; Goa Maria; Tikungan; Jung;
Pintu yang Tak Terkunci; Cermin; Malaikat; Surat untuk Fa; Hanya Empat Putaran;
Semalan Bersama Diana Krall; The Beautiful Stranger; Semangkuk Bubur Cikini dan
Sepiring Red Velvet; dan yang terkhir adalah Milana. Saya akan meresum cerpen
berjudul Hanya Empat Putaran dan cerpen berjudul Milana. Cerpen berjudul Hanya
Empat Putaran mengisahkan tentang seorang laki-laki yang tidak dapat lari
mengelilingi buolevard kampus
melebihi empat putaran dan seorang perempuan yang dapat lari melebihi empat
putaran untuk melupakan masa lalunya. Namun, perempuan itu disadarkan dengan
tidak butuh lebih dari empat putaran untuk melupakan masa lalunya. Cerpen
berujudul Milana mengisahkan tentang seorang pria yang bertemu seorang wanita.
Wanita tersebut terlihat sedang menanti sesuatu. Wanita itu bernama Milana. Milana
itu selalu melukis senja. Dan ia selalu melakukannya di atas feri yang
menyebrangi Selat Bali, dari Banyuwangi ke Jembrana. Milana sedang menunggu
kekasihnya, ia yakin bahwa kekasihnya akan datang kepadanya. Belakangan Pria
itu tahu bahwa kekasih yang dinanti Milana telah tiada. Namun, Milana tidak
ingin mempercayai kebenaran yang ada. Semenjak saat itu Pria tersebut tidak
dapat menemukan kehadiran Milana yang sedang melukis senja. Bergantilah posisi
sang pria dengan Milana. Saat ini ialah yang sedang menanti kehadiran Milana. Pilihan
kata dan bahasa yang tepat dapat membawa pembaca merasakan apa yang dirasakan
oleh tokoh yang ada di dalam cerita. Seperti kisah tokoh daun dalam judul
‘Beberapa adegan yang Tersembunyi di Pagi Hari’, tokoh daun yang patah hati karena
cintanya ditolak oleh matahari yang kemudian mendapati setitik embun yang
menempel di tubuhnya dan sang daun tak ingin melepaskan sang embun. Pembaca
dapat merasakan kesedihan yang dialami sang daun yang patah hati karena ditolak
oleh matahari dan kesedihannya karena hanya mampu menghabiskan waktu sejenak
dengan sang embun. Dengan pemilihan kata yang tepat dalam penggambaran latar
baik tempat maupun waktu mampu membawa pembaca seperti berada di tempat tokoh
dalam cerita. Seperti latar waktu dan latar tempat dalam judul ‘Milana’, latar
waktu ketika senja dan latar tempat berupa sebuah kapal yang menyebrangi Selat
Bali, dari Banyuwangi ke Jembrana. Pembaca akan merasa berada di atas kapal dan
mampu melihat senja yang indah dari atas kapal. Namun, ada beberapa cerita yang
harus kita pahami lebih mendalam. Hal ini disebabkan oleh pemilihan kata yang
terlalu berat sehingga pembaca harus berpikir terlebih dahulu. Selain itu latar
dan alur yang kurang jelas pun membuat pembaca menjadi bingung dan akan paham
jika dibaca berulang kali terlebih dahulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar